Indonesia salah satu negara yang sering kali mengalami bencana sehingga disebut “Supermaket of Disaster”. Gempa, gunung meletus (geofisik) dan banjir (hidrologis) adalah penyebab bencana paling banyak dialami di Indonesia. Berbeda dengan negara tetangga Filipina, faktor cuaca (meteorologis) lebih banyak dijumpai. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sampai dengan Oktober 2022 telah terjadi 2.860 peristiwa bencana alam di Indonesia, dengan jumlah korban yang terdampak 3.593.497 orang. Sebanyak 3.592.471 orang atau 99,97% dari total korban terdampak kini berstatus menderita dan mengungsi. Kemudian sebanyak 813 orang dilaporkan mengalami luka-luka, 184 orang meninggal dunia, dan 29 orang hilang.
Upaya penanggulangan bencana memerlukan banyak SDM dari berbagai sektor profesional termasuk dokter. Saat ini, ketersediaan dokter baik secara nasional maupun di Jawa Timur masih kurang, sebagai contoh di Jawa Timur masih kekurangan dokter sebanyak 26.897 orang. Ketersediaan dokter ini tentunya sangat berkaitan dengan pilar transformasi dalam bidang kesehatan, baik dari jumlah, kualitas maupun distribusinya yang harus lebih ditingkatkan mengingat akibat bencana dapat mengenai berbagai sudut kehidupan, bukan hanya masalah kesehatan. Selain itu, dalam mengurangi risiko bencana, diperlukan upaya-upaya yang komprehensif dan lintas sektoral tergantung pada tahapannya, apakah sebelum atau sesudah terjadinya bencana. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antarprofesi untuk mengurangi risiko dan dampak negatif terjadinya bencana.
Bencana alam dan bencana karena ulah manusia termasuk serangan terorisme dapat terjadi dan memerlukan tenaga dokter. Sering kali dokter diminta untuk memimpin upaya pertolongan pertama di daerah mereka bekerja hingga bantuan lain datang atau bahkan harus bekerja untuk mengatasi berbagai dampak medis dan psikologis beberapa waktu pasca bencana. Namun demikian, sebagian besar dokter belum pernah mendapatkan pendidikan secara formal dalam bidang ini. Padahal, tanpa pendidikan, pengalaman dan pelatihan, tidak mungkin seorang dokter dapat melaksanakan tugas ini dengan baik.
Kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan pasca bencana secara efektif tentunya memerlukan tindakan terpadu dan terencana serta didukung SDM berpengalaman yang dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya pada situasi kritis dan darurat. Terlepas dari latar belakang profesi mereka, pendidikan bagi SDM yang bertugas pada situasi bencana harus didasari pengalaman untuk menangani situasi dalam krisis, kesesuaian dengan profesi yang dimiliki, dan kompetensi lintas bidang keilmuan. Meskipun demikian, dokter yang berhadapan dengan situasi krisis akibat bencana sering kali kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk bekerja secara efektif pada kondisi bencana yang penuh tekanan.
Sebagai tenaga sarjana terdepan yang sering kali menjadi tumpuan dalam membantu korban bencana, pendidikan dokter di Indonesia pun perlu disiagakan untuk menghadapi bencana. Kurikulum Fakultas Kedokteran tidak hanya mencakup kompetensi kedokteran bencana dari sudut pandang kesehatan masyarakat, yaitu mengutamakan pencegahan dengan membangun ketahanan individu, keluarga dan masyarakat terhadap bencana dan kedaruratan kemanusiaan lainnya, namun juga perlu mencakup cara komunikasi dan bekerja sama dengan profesi lain. Sehingga nantinya diharapkan dokter dapat dididik dengan kurikulum yang berbasis kompetensi dalam menghadapi bencana dan krisis kemanusiaan lainnya. Academic Health System (AHS) sebagai sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi juga berkomitmen untuk pemerataan penyebaran Dokter dan Dokter Spesialis di Indonesia antara Rumah Sakit Pendidikan, Institusi Pendidikan Profesi Kesehatan, Lembaga Riset, dan wahana pendidikan.
Sebagai tenaga sarjana terdepan yang sering kali menjadi tumpuan dalam membantu korban bencana, pendidikan dokter di Indonesia pun perlu disiagakan untuk menghadapi bencana. Kurikulum Fakultas Kedokteran tidak hanya mencakup kompetensi kedokteran bencana dari sudut pandang kesehatan masyarakat, yaitu mengutamakan pencegahan dengan membangun ketahanan individu, keluarga dan masyarakat terhadap bencana dan kedaruratan kemanusiaan lainnya, namun juga perlu mencakup cara komunikasi dan bekerja sama dengan profesi lain. Sehingga nantinya diharapkan dokter dapat dididik dengan kurikulum yang berbasis kompetensi dalam menghadapi bencana dan krisis kemanusiaan lainnya. Academic Health System (AHS) sebagai sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi juga berkomitmen untuk pemerataan penyebaran Dokter dan Dokter Spesialis di Indonesia antara Rumah Sakit Pendidikan, Institusi Pendidikan Profesi Kesehatan, Lembaga Riset, dan wahana pendidikan.
Melihat situasi dan kondisi eksternal dan visi bela negara UPN Veteran Jawa Timur, maka keunggulan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Program Profesi adalah kegawatdaruratan dalam kebencanaan berkarakter bela negara. UPN Veteran Jawa Timur sebagai perguruan tinggi berkarakter bela negara akan turut andil dalam menghasilkan lulusan dan menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi di segala hal termasuk di dalam penanganan kegawatdaruratan dalam kebencanaan, tidak hanya di wilayah Jawa Timur, tetapi di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan preventif dan kuratif dikembangkan utamanya dalam kemampuan melakukan penanganan kegawatdaruratan medis secara individual maupun masal. Kebencanaan dalam bentuk apapun berkorelasi erat dengan situasi kegawatdaruratan dimana segala resources dalam waktu yang sangat singkat dapat digunakan untuk menangani situasi tersebut dengan baik, bahkan situasi setelah bencana. Oleh sebab itu layanan kedokteran UPN Veteran Jawa Timur dalam kebencanaan dilihat dari sudut pandang kesehatan masyarakat adalah: